Kenali diri kita sebagai Pendidik yang Merdeka

Salam merdeka belajar, salam dan bahagia....

Pada tulisan kali ini saya ingin mengajak kita semua melakukan refleksi mengenali diri untuk lebih memahami peran sebagai pendidik berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Ketika kita melirik ke belakang di mana perjalanan kita sebagai pendidik saat memutuskan menjadi guru apa yang ada dalam pikiran kita ? Mengapa memutuskan ingin menjadi pendidik ? Bagaimana perjalanan perjuangan sehingga akhirnya sampai di profesi hebat ini ? Apakah ini karena keterpanggilan hati ingin mengabdi untuk bangsa dan negara ? Ataukah ini hanya secara kebetulan kita kuliah di jurusan keguruan ?

Memang tidak dipungkiri bahwa motivasi setiap orang menjadi guru belumlah tentu didasari niat keterpanggilan untuk menjadi seorang guru yang dapat digugu dan ditiru. Sebab ada berbagai alasan seseorang memilih profesi ini. Menjadi guru karena keterpanggilan karena “keterpanggilan” mengandung makna yang lebih dari sekedar keinginan tetapi juga hasrat yang tinggi yang mendorong seseorang rela mengabdikan dirinya bagi pekerjaan tersebut. 

Profesi Guru adalah pekerjaan serius yang harus diseriusi dan dihidupi. Sehingga profesi ini jelas membutuhkan nilai “keterpanggilan” di dalam pengerjaannya. Ketika memutuskan menjadi seorang guru, berarti kita memutuskan untuk terlibat dalam pembentukan kehidupan sejumlah manusia yang sedang bertumbuh. Kita sedang memutuskan untuk terlibat dalam pembentukan karakter sejumlah orang yang tentunya akan berdampak pada bagaimana nantinya orang-orang tersebut menentukan pilihan-pilihan tindakannya dalam menjalani hidup ini.

Oleh sebabnya, menjadi guru bukan berarti kaya akan segala ilmu pengetahuan yang melebihi dari murid. Namun, menjadi guru yang benar-benar karena keterpanggilan adalah mereka yang terus belajar dan belajar sebelum merek mengajar. Dengan kesadaran untuk terus belajar baik mandiri maupun secara kolaboratif adalah bagian dari perjalanan kita menjadi manusia merdeka. Menurut Ki Hajar Dewantara manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin tidak tergantung pada orang lain. Jika kita mengharapkan murid-murid kita kelak menjadi pribadi yang mandiri dan mereka tentunya penting untuk mereka mengenali diri bergaya untuk menentukan tujuan dan kebutuhan belajarnya yang relevan dengan konten diri dan lingkungannya.

Sebagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dalam dasar-dasar pendidikan, maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Salah satu langkah awal kita sebagai pendidik adalah bagaimana memaknai dan menghayati diri kita sebagai manusia yang merdeka untuk terus belajar.

Murid-murid kita kini memiliki cara belajar yang sungguh berbeda dengan kita dahulu, mereka sangat fasih dengan teknologi, menjadikan internet sebagai salah satu sumber belajar utama, mereka bisa dengan cepat mencari dan mengkonfirmasi pengetahuan dengan teknologi dan dalam genggaman mereka bisa menjangkau pengetahuan sekalipun tanpa kita berikan.

Lantas Apa yang perlu kita selaraskan agar bisa menjadi pendidik yang relevan dengan konteks sama murid-murid kita ? Memang sudah jauh berbeda dengan kita, namun mereka tetap butuh kehadiran sosok pendidik yang berpihak kepada mereka, Pendidikan yang mampu menghadirkan suasana nyaman dalam kondisi belajar mereka.   Ki Hajar Dewantara pernah menyampaikan pendidik itu menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki karakter mereka. Mari kita refleksikan bersama Apa peran kita sebagai pendidik untuk dapat menuntun kekuatan kodrat dari murid-murid kita.

Mr. Alfi Banda 

(Guru Penggerak Kota Ambon Angk. 1)

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Sungguh luar biasa, guru bukan saja mengajar tapi, guru harus mampu untuk menggali potensi murid yang sudah ada sejak lahir.

    BalasHapus