KompetensI Sosial Emosional, Modul 2.2

 


KompetensI Sosial Emosional
oleh : Alfi Hasan, M.Pd

Sebagai  pendidik  yang berinteraksi  dengan  murid  dan  orang  dewasa  di  lingkungan  sekolah,  guru tentu harus matang dalam mengelola sosial emosionalnya. Mempelajari Kompetensi Sosial Emosional membuat guru dapat  mengeksplorasi   berbagai pengalaman  yang  dapat  mengembangkan  aspek  sosial  dan  emosional  murid. Melalui fase merdeka belajar, guru dapat terlibat dalam pengalaman belajar yang dilandasi sikap terbuka, rasa ingin tahu dan semangat bertumbuh, yang dilakukan secara mandiri maupun kolaboratif. Untuk  dapat  mengembangkan  kompetensi  sosial  dan  emosional  murid  secara optimal, peran guru sangatlah penting. Sebelum guru dapat membantu murid, ia perlu  belajar  memahami,  mengelola,  dan   menerapkan  pembelajaran  sosial  dan emosional dalam dirinya.

Pembelajaran sosial  emosional   ini  diawali  dengan  kesadaran  penuh  bahwa    tidaklah  cukup  apabila murid  hanya  mengembangkan  kemampuan  akademiknya  saja.  Murid  juga  perlu mengembangkan  aspek  sosial  dan  emosionalnya.  Berbagai  hasil  penelitian menunjukkan  bahwa  kompetensi  sosial emosional  berperan  penting  dalam keberhasilan  akademik  maupun  kehidupan   seseorang.  Karena kompetensi sosial emosional  memiliki  dua  peran  penting  bagi  murid. Pertama,  peran  substansial  yang  berkaitan  dengan  bagaimana membuat anak dan kehidupannya menjadi lebih manusiawi.  Kedua, peran fungsional yang berkaitan dengan bagaimana menggunakan kecerdasan emosional dalam kehidupan seharihari.

Menurut Dodge Colker pada masa  murid awal perkembangan sosial emosional hanya seputar proses sosialisasi. Dimana anak belajar mengenai  nilai-nilai dan perilaku yang diterimanya dari masyarakat atau lingkungan dimana dia berada. Pada  masa  ini,  terdapat  tiga  tujuan  perkembangan  sosial  emosional.  Pertama,  mencapai pemahaman  diri  (sense  of  self)  dan  berhubungan  dengan  orang lain.  Kedua, bertanggungjawab  atas  diri  sendiri  yang  meliputi  kemampuan  mengikuti  aturan  dan rutinitas,  menghargai  oranglain,  dan  mengambil  inisiatif.  Ketiga,  menampilkan  perilaku sosial seperti empati, berbagi, dan mengantri dengan tertib.

Dengan demikian kompetensi sosial  emosional  erat  kaitannya  dengan  interaksi,  baik  dengan sesama  atau  benda-benda  lainnya.  Jika  interaksinya  tidak  baik,  maka  pertumbuhan  dan perkembangan  murid menjadi  tidak  optimal.  Namun  kebanyakan  orang tua  kurang memerhatikan hal tersebut pada anak  padahal  perkembangan sosial emosional setiap anak berbeda. Dalam hal ini peran pendidik sangat diperlukan untuk memahami perkembangan sosial  emosional  pada  anak  agar  mereka  dapat  mengembangkan  kemampuannya  dengan baik.

Penjelasan tersebut jika kita kaitkan dengan materi-materi ada modul sebelumnya maka perkembangan sosial emosional anak juga beragam, ini menjadi perhatian guru dalam menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi dan berpusat pada murid. Murid hadir di kelas dengan berbagai situasi yang berbeda-beda yang dibawahnya dari rumah, begitu pula guru yang selalu sibuk dengan pekerjaan sekolah. Kondisi-kondisi seperti akan kurang efektif jika guru tidak menguasai emosi dirinya sebelum dia mengelola emosi muridnya. Sebab pembelajaran  Sosial  dan  Emosional  adalah  pembelajaran  yang  dilakukan  secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan murid dan  orang  dewasa  di  sekolah  memperoleh  dan  menerapkan  pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Pembelajaran Sosial Emosional mencoba  untuk  memberikan  keseimbangan  pada  individu  dan mengembangkan  kompetensi  personal  yang  dibutuhkan  untuk  dapat  menjadi sukses. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam pembelajaran  sehingga  anak-anak  dapat  belajar  menempatkan  diri  secara  efektif dalam konteks lingkungan dan dunia. Pandangan  kuno  menyatakan  bahwa  pengetahuan  adalah  informasi  yang  dapat ditransfer  ke  otak  seperti  jenis  perlengkapan  mesin  mekanis.  Yang benar  adalah, pengetahuan bersifat konstruktif; yang benar adalah semua  proses pembelajaran bersifat  relasional;  yang  benar  adalah  emosi  menarik  perhatian,  dan  perhatian mendorong terjadinya proses belajar.

Kita dapat merancang bagaimana sekolah dan ruangan kelasnya, bagaimana waktu belajar, ruang-ruangan yang ada di sekolah, hubungan dengan komunitas sekolah dan  keluarga  dan  yang  lainnya  sebagai  tempat  pertukaran  pengetahuan, pengetahuan  tentang  dunia;  pengetahuan  tentang  diri  sendiri  dan  pengetahuan tentang orang lain yang berinteraksi dengan kita. Pengalaman -pengalaman tersebut membantu membentuk bagaimana siswa memahami diri mereka sendiri dan orang lain. Dengan demikian kita berbicara tentang anak secara utuh.Apakah  anak  kita  memiliki  kesadaran  diri,  apakah  mereka  memiliki  pemahaman kesadaran  sosial,  apakah  mereka  mampu  mengambil  keputusan  yang  baik  dan bertanggung jawab. Baru setelah itu, kita membahas mengenai konteks akademis dan  semua  keterampilan-keterampilan  penting  yang  kita  butuhkan  untuk  dapat berhasil dalam hidup. Anak belajar saat hati mereka terbuka, terhubung dengan lingkungan sekitar serta adanya tujuan. Belajar adalah keajaiban. Melalui pembelajaran sosial-emosional, kita menciptakan kondisi yang mengizinkan semua anak mengakses keajaiban tersebut.

Pembelajaran sosial  dan  emosional  bertujuan  untuk 

1.       memberikan  pemahaman,  penghayatan dan  kemampuan  untuk  mengelola  emosi.

2.       menetapkan  dan  mencapai  tujuan positif

3.       merasakan  dan  menunjukkan  empati  kepada  orang  lain 

4.       membangun dan  mempertahankan  hubungan  yang  positif  serta 

5.       membuat  keputusan  yang bertanggung jawab.

Dalam pelaksanaannya Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup:

Rutin:    pada  saat  kondisi  yang  sudah  ditentukan  di  luar  waktu  belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca setelah jam makan siang Terintegrasi dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan  sebuah  topik  pembelajaran,  membuat  diskusi   kasus  atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll. Protokol:  menjadi  budaya  atau  aturan   sekolah  yang   sudah  menjadi kesepakatan  bersama  dan  diterapkan  secara  mandiri  oleh  murid  atau sebagai  kebijakan  sekolah  untuk  merespon  situasi  atau  kejadian  tertentu. Misalnya,  menyelesaikan  konflik   yang  terjadi  dengan  membicarakannya tanpa kekerasan, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara.

  1. Sedangkan 5 Kompetensi Sosial Emosional adalah 

  1. Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi ------- artikel klik DISINI
  2. Pengelolaan Diri  -  Mengelola Emosi dan Fokus ------- artikel klik DISINI
  3. Kesadaran Sosial - Keterampilan Berempati ------- artikel klik DISINI
  4. Keterampilan Berhubungan Sosial - Daya Lenting (Resiliensi)------- artikel klik DISINI
  5. Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab ------- artikel klik DISIN
Sumber :
1. Modul 2.2 Pendidikan Guru Penggerak, KEmdikbud 2020
2.  Nyoman Sri Darmayanti, PEmbelajaran Sosial Emosional (Sahabat Sains, 2020)
3. Perkembangan Aspek Sosial-Emosional dan Kegiatan Pembelajaran yang Sesuai untuk Anak Usia 4-6 Tahun ( Ina Marina, Mojokerto, 2018)

Posting Komentar

0 Komentar